Ini 5 Pertanyaan Umum Seputar Anemia pada Ibu Hamil
Anemia pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan masyarakat yang mengancam kesehatan ibu dan anak pada 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan). Selama masa kehamilan metabolisme energi dan zat gizi lain di dalam tubuh ibu hamil akan meningkat. Kondisi peningkatan kebutuhan energi dan zat gizi lain inilah yang dipergunakan untuk tumbuh kembang janin di dalam kandungan, pertambahan besarnya organ kandungan, serta perubahan komposisi dan metabolisme tubuh. Kekurangan energi dan gizi penting lainnya pada selama masa kehamilan akan mengakibatkan pertumbuhan janin yang tidak sempurna higga kematian pada ibu hamil. Salah satu penyebab kematian pada ibu hamil adalah anemia dalam kehamilan. Oleh karena itu, penting untuk sedini mungkin pada Ibu Hamil untuk sadar dan tahu akan kebutuhan gizinya kerena sebagai salah satu cara untuk mencegah terjadinya anemia. Yuk, simak 5 pertanyaan umum seputar anemia yang sering terjadi pada ibu hamil berikut ini:
1. Apakah anemia adalah masalah yang serius bagi ibu hamil di Indonesia?
Iya, masalah anemia ibu hamil di Indonesia adalah masalah yang sangat serius. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan tahun 2018 Proporsi Anemia Pada Ibu Hamil sebesar 48.9% dengan persentasi terbanyak anemia ibu hamil menurut umur adalah 15-24 tahun (84.6%) dan umur 25-34 tahun (33.7%). Menurut WHO tahun 2000 berdasarkan klasifikasi besaran masalah kesehatan masyarakat berdasarkan prevalensi anemia dan defisiensi besi, jika prevalensi anemia pada suatu negara atau daerah mencapai > 40% (Indonesia 48.9%) termasuk kedalam masalah kesehatan masyarakat yang tinggi/berat/parah pada negara atau daerah tersebut.
2. Sebagai Ibu Hamil, bagaimana saya mengetahui kondisi anemia tersebut?
Sebagian besar Ibu Hamil yang mengalami anemia yang termasuk kedalam anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia yang disebabkan kekurangan zat besi berakibat pada penurunan jumlah sel darah merah yang sehat. Ketika Ibu Hamil mengalami anemia defisiensi besi, maka sel darah merah juga akan mengalami kekurangan hemoglobin. Pemeriksaan kadar Hemoglobin (Hb) inilah yang menjadi tolak ukur menyatakan seseorang anemia atau tidak. Kadar hemoglobin dapat diketahui dengan pemeriksaan tes darah yang biasanya diambil dari pembuluh vena pada lengan.
Berikut adalah rekomendasi WHO tahun 2011 tentang pengelompokkan Anemia (g/dL) untuk Ibu Hamil adalah :
- Tidak anemia dengan kadar Hemoglobin > 11 g/dL
- Anemia ringan dengan kadar Hemoglobin 10 – 10.9 g/dL
- Anemia sedang dengan kadar Hemoglobin 7 – 9.9 g/dL
- Anemia berat dengan kadar Hemoglobin < 7 g/dL
3. Sebagai ibu hamil, apa yang harus saya lakukan untuk mencegah anemia?
Banyak upaya yang dapat Ibu Hamil lakukan untuk mencegah terjadinya anemia pada dirinya. Pertama, tingkatkan konsumsi makanan dengan bahan dasar utama tinggi kandungan zat besi seperti hati ayam atau sapi, ikan, daging sapi, daging ayam disertai dengan konsumsi buah atau sayur yang kaya akan vitamin A, vitamin C, vitamin B2 dan vitamin B6 (Contoh : Jeruk, Tomat, Mangga, Jambu dan Pisang dll) untuk membantu efektivitas penyerapan zat besi dan pembentukan hemoglobin. Serta hindari konsumsi bersama makanan yang memiliki kandungan inhibitor(menghambat penyerapan zat besi) seperti kacang-kacangan, teh, kopi, susu, serta makanan lainnya yang mengandung zat tannin maupun fitat. Kedua, mengonsumsi TTD (Tablet Tambah Darah) atau suplementasi besi-folat secara rutin dalam jangka waktu tertentu. Pemerintah melalui fasilitas layanan kesehatan memiliki program suplementasi tablet besi yang merupakan hasil suplementasi antara zat besi dan asam folat yang diberikan ibu hamil untuk mencegah anemia pada masa kehamilan. Konsumsi tablet besi ini untuk dewasa dengan dosis pemberian 1x sehari dengan total pemberian tablet besi selama masa kehamilan adalah 90 butir (untuk 90 hari).
Kebutuhan zat besi pada Ibu Hamil akan mengalami peningkatakan setiap trimester kehamilan, berdasarkan Permenkes No. 28 tahun 2019 terkait Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Untuk Masyarakat Indonesia kebutuhan tambahan zat besi Ibu Hamil (per orang per hari) berdasarkan usia kehamilan adalah :
- Tambahan mineral zat besi (mg) di Trimester 1 (+ 0 mg)
- Tambahan mineral zat besi (mg) di Trimester 2 (+ 9 mg)
- Tambahan mineral zar besi (mg) di Trimester 3 (+9 mg)
Sejalan dengan Permenkes No.28 tahun 2019 terkait Angka Kecukupan Mineral yang dianjurkan untuk Perempuan (per orang per hari) berdasarkan usia adalah :
- Usia 13 – 15 Tahun : 15 mg
- Usia 16 – 18 Tahun : 15 mg
- Usia 19- 29 tahun : 18 mg
- Usia 30 – 49 tahun : 18 mg
- Usia 50 – 64 tahun : 8 mg
(Download Peraturan Kementerian Kesehatan Tentang Angka Kecukupan Gizi Tahun 2019)
4. Jika saya seorang Ibu Hamil dengan anemia zat besi, pengobatan apa yang harus saya lakukan?
Ibu hamil sejak awal kehamilan akan melakukan serangkaian tes laboratorium yang salah satunya adalah tes hemoglobin untuk mengetahui apakah ibu anemia atau tidak. Dokter atau bidan akan mengklasifikasikan jenis anemia ringan/sedang/berat pada ibu hamil tersebut yang kemudian akan diberikan resep obat oleh tenaga kesehatan. Setiap obat anemia memiliki indikasi dan efek samping tersendiri, sehingga penting bagi ibu hamil untuk tetap berkonsultasi dengan tenaga kesehatan terkait pengobatan jika sudah diketahui anemia. Berikut ini adalah hasil penelitian Deswatil (2019) tentang Pola Pengobatan Anemia Pada Ibu Hamil di Salah Satu RSIA di Kabupaten Karawang. Jumlah sampel pada penelitian tersebut adalah 125 pasien anemia pada ibu hamil yang sebagian besar adalah jenis anemia defisiensi besi (64%), anemia megaloblastik (31.2%), anemia akibat pendarahan (4.%). Dalam penelitian tersebut didapatkan data, berdasarkan kombinasi obat anemia paling banyak menggunakan tablet neo tambah darah + folamil genio sebanyak 98 resep (78.4%) dan paling sedikit kombinasi tablet neo tambah darah + Osfit DHA sebanyak 27 resep (21.6%).
5. Apakah dampak dari anemia pada ibu hamil?
Anemia yang terjadi pada ibu hamil dapat disebut potential danger to mother and child (potensial membahayakan ibu dan anak). Dampak dari anemia untuk ibu hamil sendiri adalah risiko ketuban pecah dini, risiko terhambatnya pengeluaran ASI di awal kelahiran, risiko perdarahan sebelum dan saat persalinan hingga risiko terberat adalah menyebabkan kematian. Sedangkan untuk anak bahaya anemia pada ibu hamil adalah risiko berat badan bayi lahir rendah (BBLR), risiko terhambatnya tumbuh kembang janin dalam rahim hingga risiko terberat adalah kematian pada bayi baru lahir. Oleh karena itu, upaya peningkatan dan perbaikan gizi pada ibu hamil melalui perbaikan pola makan dan suplementasi adalah hal yang penting untuk terapkan. Berdasarkan penelitian dari Mariana (2018) terkait hubungan pola makan dengan kejadian anemia yang diderita oleh ibu hamil di wilayah kerja salah satu puskesmas Kota Bengkulu didapatkan hasil yang signifikan adanya hubungan antara pola makan yang tidak sehat dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
Sumber :