Penyakit

Waspada Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)

PPOK atau Penyakit Paru Obstruktif Kronis merupakan penyakit pernapasan yang dapat menyebabkan seseorang kesulitan bernapas karena tersumbatnya saluran udara di paru-paru. Penyakit ini merupakan penyakit yang progresif, artinya akan semakin memburuk seiring berjalannya waktu.

Berdasarkan World Health Organization (WHO) dalam Global Status of Non-communicable Disease tahun 2010 menyatakan bahwa Penyakit Paru Obstruktif Kronis termasuk kedalam empat besar penyakit tidak menular yang memiliki angka kematian yang tinggi setelah penyalit kardiovaskular, keganasan dan diabetes. kemudian berdasarkan Profil Penyakit Tidak Menular 2016 milik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dikatakan bahwa jumlah orang dengan PPOK berdasarkan jenis kelaminnya adalah 4.174 orang dengan penderita terbanyak adalah laki-laki sebesar 2.663 orang sedangkan untuk perempuan sebanyak 1.511 orang. Selain itu, sebagian besar penderita PPOK merupakan kelompok umur ≥60 tahun sebesar 1.809 orang, kelompok umur 35-59 tahun sebanyak 1.305 orang, kelompok umur 15-34 tahun sebanyak 215 orang, dan angka terkecil adalah 24 orang penderita pada kelompok umur <15 tahun.

Selama proses pernapasan, terdapat bagian-bagian utama paru-paru yang  ikut bekerja, yaitu saluran bronkus (cabang tenggorok atau saluaran udara), alveolus (kantung-kantung udara) serta trakea (batang tenggorok ). Ketika menarik napas, udara akan bergerak dari batang tenggorok melewati bronkus kemudian akan menuju ke alveolus. Dari alveolus, oksigen masuk ke sel darah sementara karbon dioksida keluar dari darah. Begitulah pernapasan normal yang seharusnya terjadi. Namun, pada penderita PPOK proses pernapasan tersebut tidak berjalan lancar. Gangguan penyakit PPOK akan menyebabkan kurangnya pasokan oksigen ke paru-paru.

Penyakit paru obstruktif kronis terdiri atas dua jenis penyakit utama. Beberapa orang dapat menderita salah satunya, dan beberapa yang lainnya dapat menderita keduanya. Kedua jenis penyakit PPOK tersebut adalah

  • Bronkitis kronis. Yaitu peradangan yang terjadi pada dinding saluran bronkus (cabang tenggorok). Penyakit ini dapat menyebabkan dinding pada saluran bronkus di paru-paru menjadi merah, bengkak, serta penuh lendir. Lendir inilah yang menyebabkan tersumbatnya saluran napas sehingga seseorang kesulitan bernapas.
  • Emfisema. Yaitu penyalit yang secara bertahap dapat merusak kantung udara (alveolus) di paru-paru sehingga dapat menyebabakan sesak napas. Rusaknya kantung udara ini akan membuat jumlah alveolus dalam paru-paru semakin sedikit. Hal ini dapat menyebaban sulit masuknya okesigen dan karbon dioksida juga akan sulit untuk keluar. Kondisi ini mengakibatkan sulitnya membuang napas.

Penyebab PPOK

Penyebab dari penyakit paru obstruktif kronis adalah adanya penyumbatan atau kerusakan pada jaringan paru-paru yang disebabkan oleh terhirupnya iritan dalam jangka waktu yang lama. Iritan tersebut meliputi:

  • Asap rokok (baik itu yang merokok aktif ataupun yang merokok pasif) merokok dalam jangka panjang merupakan penyebab dari 80% hingga 90 % kasus PPOK.
  • Asap, gas, atau bahan kimia
  • Debu
  • Polusi dalam ruangan, seperti bahan bakar padat yang digunakan saat memasak dan pemanasan
  • Polusi luar ruangan, seperti asap kendaraan
  • Debu dan zat kmipia okupasi (uap, iritan, dan asap)
  • Infeksi pernapasan bawah yang sering terjadi selama masa kanak-kanak

Selain itu, seseorang dapat mimiliki risiko tinggi menderita penyakit paru obstruktif kronis apabila memiliki faktor-faktor risiko, yaitu:

  • Orang yang berusia 65tahun-74 tahun
  • Ras kulit putih non-hispanik
  • Orang yang menganggur, pension, atau tidak mampu bekerja
  • Orang dengan pendidikan di bawah SMA
  • Orang dengan pendapatan rendah
  • Orang yang bercerai, ditinggal mati, atau berpisah
  • Perokok yang masih aktif ataupun mantan perokok aktif
  • Orang dengan riwayat penyakit asma

Gejala PPOK

  • Batuk yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang (kronis)
  • Batuk dengan produksi lendir yang dapat berwarna bening, putih, abu kekuningan, atau hijau. Lendir juga memungkinkan terdapat bercak darah, meskipun jarang.
  • Peningkatan infeksi pernapasan, seperti flu dan pilek
  • Sesak napas, terutama ketika beraktivitas fisik
  • Sesak di dada
  • Mengi, yaitu suara yang bernada tinggi ketika bernapas, biasanya terdengar ketika menghembuskan napas.
  • Kelelahan
  • Demam ringan
  • Panas-dingin

Pada awalnya mungkin penderita tidak menyadari dan merasakan gejala dari penyakit paru obstruktif kronis. Karena biasanya pada awal kemunculannya gejala yang akan diala,I hanyalah gejala ringan. Karena, PPOK ini merupakan penyakit yang progresif yang akna semakin memburuk seiring berjalannya waktu. Ketika itulah, mungkin penderita akan menyadari bahwa terjadi masalah pada paru-parunya. Beberapa gejala berat yang mungkin terjadi dan harus segera ditangani adalah:

  • Kesulitan mengatur napas atau berbicara
  • Bibir atau kuku berubah biru atau abu-abu. Ini merupakan tanda dari rendahnya kadar oksigen dalam darah.
  • Tidak waspada secara mental
  • Jantung berdetak sangat cepat
  • Anjuran pengobatan untuk gejala yang memburuk tidak bekerja

Mungkin gejala-gejala yang lain akan muncul. Segera konsultasikan ke dokter apabila memiliki kekhawatiran terhadap satu gejala. Karena jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, PPOK dapat menimbulkan komplikasi, diantaranya:

  • Masalah jantung. PPOK dapat menyebabkan detak jantung menjadi tidak teratur dan mengalami perubahan. Kondisi ini disebut artmia. Masalah jantung lain yang mungkin terjadi adalah gagal jantung.
  • Tekanan darah tinggi. PPOK dapat menyebabkan terkanan darah menjadi tinggi pada pembuluh darah yang memasok darah ke paru-paru. Hal ini disebut dengan hipertensi paru-paru.
  • Infeksi pernapasan. Penderita PPOK akan lebih sering terkena flu, pilek atau bahkan pneumonia (infeksi paru-paru yang serius disebabkan oleh virus atau jamur). Infeksi ini dapat membuat gejala semakin memburuk dan dapat menyebabkan kerusakan paru lebih lanjut.

Pengobatan dan Pengendalian PPOK

PPOK merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Maka dari itu, hal yang terbaik untuk mengatasi PPOK adalah dengan melakukan pencegahan dan pengendalian. Artinya, yang dapat dilakukan untuk penyakit PPOK adalah dengan mencegah kerusakan dan gejalanya tidak semakin memburuk. Tujuan dari pengobatan PPOK adalah untuk meredakan gejala, memperlambat perkembangan penyakit, meningkatkan kemampuan untuk aktif, serta untuk mencegah dan mengobati komplikasi.

Hal yang dapat dilakukan Untuk meringankan gejala PPOK, adalah:

  1. Obat-obatan
  2. Bronkodilator, obat ini akan membuat penderitanya dapat bernapas lebih mudah dengan mengendurkan otot di paru-paru dan memperlebar saluran udara
  3. Kombinasi bronkodilator dengan kortikosteroid inhalasi, obat jenis ini diberikan dengan tujuan utnuk mengurangi peradangan paru.
  • Pemberian Vaksin untuk mencegah semakin memburuknya kondisi dna gejala PPOK, beberapa vaksin yang perlu di dapatkan adalah:
  • Vaksin flu
  • Vaksin pneumococcal yang berfungsi untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh bakteri penyebab pneumonia
  • Terapi oksigen perlu dilakukan terlebih ketika kondisi penderitanya cukup parah.
  • Operasi dilakukan pada penderita yang memiliki gejala yang cukup parah yang tidak membaik dengan minum obat, dan menjadi jalan terakhir.

Selain pengobatan tersebut, PPOK dapat dikendalikan dengan:

  • Berhenti merokok dan hindari iritan paru
  • Dapatkan bantuan medis yang konstan
  • Atasi penyakit dan gejalanya
  • Bersiap untuk keadaan darurat.

Referensi:

Global Status of Non-communicable Disease. 2010. World Healh Organization (WHO)

Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Penyakit Tidak Menular. 2017. Profil Penyakit Tidak Menular Tahun 2016. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Show More

Tinggalkan Komentar di sini

Back to top button