Hipertensi: Penyakit yang Diam-Diam Mematikan
Hipertensi merupakan nama lain dari tekanan darah tinggi. Sedangkan,Tekanan darah tinggi itu sendiri adalah kekuatan aliran darah yang berasal dari jantung yang mendorong dinding darah (arteri). Kekuatan tekanan darah ini biasanya berubah-ubah dari waktu ke waktu yang dipengaruhi oleh aktivitas yang sedang dilakukan oleh jantung. Misalnya, sedang berolah raga atau dalam keadaan normal atau istirahat, dan daya tahan pembuluh darahnya.
Penyakit ini juga dapat dikatakan sebagai kondisi ketika tekanan darah lebih tinggi dari angka normal atau lebih dari 140/90 mmHG. 140 mmHG mengacu pada bacaan sistolik ketika jantung memompa darah ke seluruh tubuh atau ketika berkontraksi. Sedangkan, angak 90mmHG itu mengacu pada bacaan diastolic ketika jantung beristirahat atau dalam keadaan rileks sambil mengisi ulang bilik-biliknya dengan darah. Tekanan darah normal biasanya berkisar diangka 120/80 mmHG.
Berdasarkan data WHO dikatakan bahwa sebanyak 972 juta orang atau bisa dikatakan sebesar 26.4% penghuni dari bumi mengidap penyakit hipertensi. Angka ini tidak menutup kemungkinan dapat meningkat sebesar 29,2% pada tahun 2025. Data sebelumnya tercatat pengidap hipertensi, 333 juta berada di Negara maju dan sisanya 639 berada di Negara bekembang, termasuk di Indonesia.
Di Indonesia berdasarkan hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan R1 tahun 1995 menunjukan ada kenaikan prevalensi tekanan darah tinggi. Pada tahun 1995 terda[at 8,3 % kasus dan pada tahun 2001terdapat kenaikan menjadi 21,0%.
Sedangkan, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes pada tahun 2007 menunjukan bahwa sebagian besar kasus tekanan darah tinggi di masyarakat masih belum terdiagnosis. Hal ini dapat diketahui dari hasil pengukuran tekanan darah yang dilakukan pada usia 18 tahun keatas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dari data tersebut hanya 7,2 % penduduk yang sudah mengetahui bahwa dirinya terkena hipertensi, dan hanya 0,4 % kasus yang meminum obat hipertensi. Itu artinya 76% kasus hipertensi di masyarakat masih belum terdiagnosis atau penderitanya masih belum mengetahui bahwa dirinya mengidap tekanan darah tinggi.
Kemudian, pada tahun 2018 berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Rskesdas) milik Kementerian Kesehatan RI menunjukan bahwa 34,1% penduduk Indonesia memiliki tekanan darah tinggi. Hal ini terjadi penaikan dari tahun 2013 yang jumlahny masih mencapai 25,8%.
Dalam rangka mengelola penyakit ini, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia membuat (2012 kebijakan yaitu diantaranya:
- Mengembangkan serta memperkuat deteksi dini penyakit hipertensi secara aktif (skrining)
- Meningkatkan akses masyarakat kepada pelayanan deteksi dini melalui kegiatan posbindu PTM
- Meningkatkan akses penderita kepada pengobatan hipertensi melalu revitalisasi puskesmas.
Penyebab Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi di klasifikasikan kedalam 2 jenis. Yaitu, hipertensi Primer atau esensial dan Hipertensi Primer. Berikut penjelasannya:
- Hipertensi Primer. Penyebab hipertensi primer pada orang dewasa biasanya jarang diketahui. Hipertensi primer cenderung berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun. Hipertensi primer pada umumnya disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, terlalu banyak mengonsumsi natrium (garam), stess, malas bergerak, mengkonsumsi alcohol yang berlebihan, serta obesitas.
- Hipertensi sekunder. Hal ini diakibatkan oleh kondisi kesehatan yang dialami penderitanya. Hipertensi sekunder censuring muncul tiba-tiba dan menyebabkan tekanan darah yang lebih tinggi dari pada hipertensi primer. Bebepara kondisi dan obat-obatan yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder, diantaranya adalah:
- Obstruktif sleep apnea (OSA)
- Masalah Ginjal
- Masalah tiroid
- Cacat bawaan pada pembuluh darah
- Obat-obatan seperti dekongestas, pil KB,obat flu, penghilang rasa sakit yang dijual bebas
- Oabt-obatan terlarang, seperti kokkain dan amfetamin.
Berikut ini merupakan beberapa faktor yang menyebabkan seseorang berisiko tinggi terkena hipertensi, diantaranya:
- Kelelahan
- Diabetes
- Asam urat
- Obesitas
- Penyakit ginjal
- Kecanduan alcohol
- Wanita yang sedang mengkonsumsi pil KB
Gejala Hipertensi
- Sakit kepala parah
- Pusing
- Penglihatan menjadi buram
- Mual
- Telinga berdenging
- Kebingungan
- Detak jantung tak teratur
- Kelelahan
- Nyeri dada
- Sulit bernapas
- Terdapat darah dalam urin
- Sensai berdetak di dada, leher atau telinga.
Gejala-gejala selain diatas mungkin akan muncul, segera konsultasikan ke dokter jika anda mengalami kekhawatiran terhadap suatu gejala,terlebih lagi gejala-gejala seperti:
- Tekanan darah lebih tinggi dari biasanya (lebih dari 120/80 mmHG)
- Mimisan, sakit kepala
- Menderita efek smaping setelah minum obat darah tinggi.
Hipertensi merupakan penyakit tersembunyi yang sulit untuk di deteksi. Maka dari itu, anda perlu memeriksakan tekanan darah secara rutin, terutama bagi anda yang memiliki faktor risiko yang tinggi. Karena, penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi serius, yaitu:
- Terjadinya Masalah pada pembuluh arteri, seperti aneurisma.
- Terjadi Masalah pada jantung, seperti serangan jantung, gagal jantung, atau penyakit pada jantung lainnya.
- Stroke
- Terjadi Masalah pada ginjal Kerusakan mata
- Demensia
- Disfungsi seksua
Diagnosis Hipertensi
Untuk mendiagnosisnya, perlu dilakukan pengukuran terhadap tekanan darah menggunakan alat pengukur tekanan. Hasil pengukuran tersebut dibagi menjadi empat kategori, yaitu:
- Tekanan darah yang normal, adalah 120/80 mmHG
- Tekanan darah tingggi. Kondisi ini terjadi ketika tekanan sistolik berada di kisaran 120-129 mmHG dan kenan distolik berada di bawah 80 mmHG
- Tekanan darah stadium 1. Kondisi ini terjadi ketika sistolik berada di kisaran 130-139 mmHG dan tekanan distolik berkisar antara 80-90 mmHG.
- Tekanan darah stadium 2. Konidisi ini merupakan kondisi yang lebih parah. Pada stadium 2 terjadi ketika sistolik 140 mmHG atau lebih tinggu lagi dan diastolic 90 mmHG atay lebih tinggi.
Pengobatan Hipertensi
Pengobatannya sangat penting dilakukan untuk mengurangi risiko kematian karena penyakit jantung. Adapun salah satu cara mengobati hipertensi adalah dengan mengonsumsi obat darah tinggi yang diresepkan dokter, diantaranya adalah:
- Obat Diuretik, seperti: chlorotiazide, chlorthalidone, hydrochlorotiazide/HCT, indapamide, metolazone, bumetanide, furosemide, torsemide, amilorid, triamterene)
- Obat Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor, diantaranya: captopril, enalapril, lisinopril, benazepril hydrochloride, perindopril, ramipril, quinapril hydrochloride, dan trandolapril)
- Obat Beta-blocker, seperti: atenolol, propranolol, metoprolol, nadolol, betaxolol, acebutolol, bisoprolol, esmilol, nebivolol, dan sotalol)
- Obat Calcium channel blocker, seperti: amlodipine, clevidipine, diltiazem, felodipine, isradipine, nicardipine, nifedipine, nimodipine, dan nisoldipine)
- Obat Alfa-blocker, seperti: doxazosin, terazosin hydrochloride, dan prazosin hydrochloride
- Obat Vasodilator, seperti: hydralazine dan minoxidil
- Obat Central-acting agents, seperti: clonidine, guanfacine, dan methyldopa.
Selain obat-obatan, penderita penyakit ini juga perlu mengubah gaya hidup menajdi lebih sehat untuk membantu menurunkan hipertensi segaligus menekan resiko timbulnya penyakit lain. hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
- Diet seimbang serta mengkonsumsi makanan yang rendah garam
- Berolah raga secara teratur
- Tidak merokok serta tidak meminum alcohol
- Berusaha menurunlam berat badan bagi penderita obesitas
Mencegah Hipertensi
Terdapat beberapa cara untuk mencegahnya, diantaranya adalah sebagai berikut:
- Mengkonsumsi makanan sehat
- Mengurangi konsusi garam
- Mengurangi kafein yang berlebihan seperti teh dan kopi
- Berhenti merokok
- Berolah raga secara teratur
- Mengindari konsumsi minum bersoda dan minuman beralkohol
- Menurunkan berat badan apabila terjadi obesitas.
Referensi:
- Dita, meliana Rizki Ayu. Kejadian Hipertensi Pada Pekerjaan Masyarakat: Pegawai Kantor dan Petani di Lamongan. Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia.
- Riset Kesehatan Dasar. 2018. Kementerian Kesehatan RI.
- Riset Kesehatan Dasar. 2007. Kementerian Kesehatan RI